CGK - SIN - HKT - SIN - CGK
Sekitar hampir 3 (tiga) tahun yang lalu, ceritanya gue dan suami baru aja balik dari acara honeymoon kedua di Phuket dengan meninggalkan Arsyad bersama neneknya di Jakarta. Pastinya pertanyaan semua orang sesampainya kita di Jakarta dan Bandung ga jauh-jauh dari, "Jadi gimana program adeknya Arsyad? Sukses?"
Huahahaha. Tujuan honeymoon-nya sih bukan itu, tapi kita emang pengen refreshing berdua dari tugas-tugas kantor yang sangat menyita jiwa, hati, dan pikiran *lebaaay*. Dan menurut kita, Arsyad lebih baik nggak ikut dulu, soalnya tau sendiri daerah pantai anginnya kan luar biasa banget terus panasnya Masya Allah. *alasan. Bilang aja emak-bapaknya Arsyad kepengen pacaran lagi*
Jadi ceritanya berawal dari kerjaan suami yang gila-gilaan, yang bener-bener menguras fisik dan mental. Anjlogan sana-sini, mesti berangkat sana-sini di waktu yang seharusnya diisi sama liburan keluarga. Akhirnya dia bilang, "Yang, ayok liburan."
Ajakan yang kayak gitu yang gue tunggu-tunggu. Tanpa pikir panjang gue langsung meng-iya-kan dengan penuh semangat. "Ayok! Kemana?
"Bali yuk?" he said.
"Bali?"not bad sih, tapi kan udah pernah kesana. "Ada rekomendasi tempat lain? Bangkok atau mana gitu?"
Pikiran gue langsung menjelajah, mengingat-ingat tempat wisata yang dulu pengeeen banget dikunjungi tapi belum kesampaian.
Opsinya: Eropa, Jepang, dan... Phuket.
Eropa.
Waktu awal jadian dulu (aheuy..), sang pacar (yang sekarang jadi suami) sempat menjanjikan akan membawa gue ke padang rumput di Juventus Stadium, huahaha.
Tapi ya realistis sih, ke Eropah means budget harus lebih-lebih. Belum lagi urus visa dll.
Jadi rencana tur Yurop ditunda dulu lah beberapa tahun lagi.
Jepang.
Negara yang pengeeeen banget gue kunjungin sejak kecil. Yaiyalah secara dulu gue anime-freak gitu hahaha. Tapi mengingat ke Jepang pun butuh itinerary yang matang dan budget yang nggak sedikit, jadi ditunda dulu.
Phuket.
Pernah jaman kuliah dulu ngeliat liputan tentang negara ini. And... my mind went somewhere to that place, with someone whom I spent my life for a lifetime (cieehh).
"Phuket yuk!" gue pun menyeletuk. "Nanti aku cari pesawat yang transit Sngapore dulu, sekalian explore Singapore kitaaah."
"Phuket? Okay." dia pun menyerah.
"Deal."
Dengan semangat 45, gue segera browsing tiket. Berhubung kita nggak pernah bisa merencanakan liburan, jadi kita nggak bisa hunting tiket promo. Tapi tak apalah, tanpa tiket promo pun kita masih bisa dapet tiket mayan murah, dengan transit hampir 8 jam di Singapore. Kesimpulannya kita naik Tiger Air PP dengan harga tiket 3,1 juta PP untuk 2 orang (no baggage, hanya cabin baggage up to 7 kg. Karena harus bayar beberapa ratus ribu untuk tambahan bagasi jadi kita pilih no baggage).
Flight itinerary:
Departure: CGK - SIN - HKT hari Minggu tanggal 24 Januari 2016.
Returning: HKT - SIN -CGK hari Kamis tanggal 28 Januari 2016.
Untuk hotel, gue sibuk cari-cari referensi kira-kira tempat yang paling recommended untuk stay di Phuket itu dimana. Ada Patong Beach, Kata Beach, Karon Beach, dll.
Patong Beach bisa dibilang sebagai pantai terbesar dan paliiiing ramai di Phuket. Sebagian besar turis lebih memilih stay disana.
Setelah membanding-bandingkan pantai satu dengan yang lainnya, akhirnya jatuhlah pilihan pada Patong Beach. Dan kita bermalam di Sea Sun Sand Resort untuk 2 malam, dan pindah ke Blue Ocean Resort untuk malam terakhir. Kedua hotel itu sama-sam ada di Patong.
Kenapa kita pilih pindah hotel padahal sama-sama di daerah Patong?
Biar beda suasana aja sih. (padahal, most honest answer is, berhubung Sea Sun Sand mayan mahal (sekitar 1 juta/night), jadi kita cari hotel yang lebih murah di malam ketiga hahaha).
Seminggu sebelum berangkat, kita nggak lupa ke Money Changer. Info yang gue baca di beberapa sumber sih uang Rupiah di Thailand merosot banget nilainya, jadi kita tukar 3 mata uang:
- 12.000 THB (Thailand Bath) atau sekitar IDR 4.920.000 (Yup, harusnya kalau tukar di GMC mungkin kurs-nya lebih murah, tapi berhubung di GMC lagi kosong mau nggak mau ke counter money changer sebelahnya di daerah Dago.
- SGD 150 (Dollar Singapore) atau sekitar IDR 1.425.000. Kurs 1 SGD sekitar IDR 9,5 K kalo nggak salah pas itu. Kita asumsikan cukup lah untuk transit 2 hari di Singapore. Cukup untuk makan lebih tepatnya hahaha.
- USD 150 (Dollar Amerika) atau sekitar IDR 3.000.000. Kurs USD pas itu lagi mahal-mahalnya, hampir IDR 15K. Kita tuker USD untuk jaga-jaga aja sih siapa tahu kehabisan Bath, soalnya nilai tukar USD di Thailand yang paling stabil.
Sabtu, 23 Januari 2016.
4 hari sebelumnya, gue dilanda flu berat dan bad cough. Ini kebetulan banget yaa, padahal gue akan traveling mayan jauh. Tanggal 23 Januari pun saat perjalanan dari Bandung ke Jakarta, flu dan batuk pun belum mereda. Bahkan ini kuping sempat tersumbat di tol karena perbedaan tekanan udara. Tapi ya pasrah aja lah, semoga pas di Phuket udah agak membaik mengingat cuaca disana mirip di Indonesia (read: panas, which was good for healing my influenza).
Minggu, 24 Januari 2016.
Yay, the day finally come! Tapi ada perasaan sedih juga sih karena harus ninggalin Arsyad selama 5 hari. Walaupun ini bukan pertama kalinya pisah dari Arsyad, tapi nggak pernah selama ini juga. Biasanya paling lama cuma 3 hari, itupun cuma Jakarta - Bandung yang jaraknya cuma 140 km. Nah ini?
Hiks, I felt so bad to my son. Soon I promised, if we're given the chance, I would ask him to join, surely!
Sekitar jam 15.00 WIB, we're leaving home to the Airport. Pesawat kita masih jam 20.00 WIB sih, tapi tau sendiri lah Jakarta kayak gimana. Traffic yang superduper nggak bisa ditebak.
Untuk menghemat biaya (lagi-lagi super pelit hahaha), kita naik taksi cuma sampai Stasiun Gambir lalu lanjut ke Soetta by Damri (IDR 40K/pax). Sebenernya sih bisa aja mending naik taksi sampai Bandara, tapi ya itu, siapa yang bisa nebak traffic Jakarta kan? Kalo secara matematis harusnya bisa lebih murah, tapi who knows kan?
Ternyata jalanan cukup lenggang dan tanpa macet yang berarti. Sekitar jam 16.00 kita udah di Bandara. Berhubung check-in yang belum dibuka, kita nongkrong-nongkrong cantik dulu di Hokben Terminal 2D. Kalo soal bawaan nggak usah ditanya, karena memang kita backpacker, 2 ransel ukuran normal plus 1 sling bag kecil buat taruh dompet & hape cukup lah buat 4D3N di Phuket. Dengan sistem packing yang diuntel-untel, itu sangat berguna sekali. Ransel kecil gitu terasa so spacy.
Sekitar jam 18.00 kita udah boleh check-in dan sekitar jam 20.00 WIB pesawat pun terbang ke Singapore tanpa delay.
CHANGI INTERNATIONAL AIRPORT
Sunday, January 24th 2016
We finally arrived at Singapore about 1.30 hours later or 22.30 pm (Waktu di Singapore lebih cepat 1 jam dari Jakarta atau bisa dibilang WITA lah).
Dan disinilah kebingungan bermula: "Where do we sleep?"
Yes, where. Kita baru terbang ke Phuket besoknya. Tiket kita ternyata nggak connecting flight (untuk transit lebih dari 8 jam, nggak difasilitasi connecting flight unless you paid for some amount of money). And you have to know, without boading pass ticket, you are not allowed to sleep in Snooze Area in Changi.
"Yang, kita tidur dimana ya?" hubby said.
"Kalau sewa hotel transit, mayan banget. Rugiii padahal kita cuma butuh beberapa jam.." pikiran ekonomis gue terus berjalan. "Coba ke McD yuk?"
We arrived at Terminal 2 Changi International Airport, lalu segera menuju McD yang ada di Terminal 2 (Departure Lounge) Lantai 3. Berharap ada sedikit space buat memejamkan mata.
Ternyata apa yang kita harapkan jauh dari kenyataan, McD cukup crowded dan boro-boro ada tempat buat tidur. Yang ada kita bisa diusir karena lama-lama disana. Karena perut lapar, kita putuskan untuk pesan makanan dulu. Soal tidur nanti kita cari-cari lagi tempat yang memungkinkan.
Well, tampaknya emang cuma McD Indonesia yang jual Ayam + Nasi. Di Singapore nggak ada menu paket hemat gitu. Gue pun milih Fish Fillet dan suami pilih Chicken Drumstick tanpa minum (karena sebelumnya kita udah beli di Sevel Changi, Aqua seharga SGD 1 - paling murah diantara air mineral lainnya! We loved Indonesia, so we chose Aqua haha).
After that very late dinner, kita kembali galau mencari tempat untuk tidur.
"Ke Terminal 1 atau 3 yuk, Yang," ajak gue. "Naik skytrain mumpung masih operasi."
"Okay.." suami cuma ikut instruksi gue karena yang bikin itinerary gue sendiri haha.. mana sempaat dia bikin-bikin gituan, kerjaan dikantornya aja udah cukup susah bikin kita komunikasi saat jam kerja.
For killing time, kita iseng naik skytrain dari Terminal 2 ke Terminal 1, kemudian balik ke Terminal 3. Akhirnya kita memutuskan istirahat di Terminal 3 regarding that place was the least crowded of all.
Sebenernya nggak susah nemuin tempat istirahat di Changi karena hampir segala penjuru bisa dijadikan tempat tidur. Dengan karpet yang cukup tebal dan bisa dijadiin pengganti kasur, kita bisa aja tidur di sembarang tempat. Bahkan ada turis Indonesia tidur didepan pintu Skytrain. Tapi daripada beresiko diusir petugas bandara, kita pun mencari spot yang agak enak.
Pilihan pun jatuh di bangku-bangku panjang yang ada diruang tunggu Terminal 3. Ternyata nggak cuma kita yang nyari tempat nginep gratis, banyak turis-turis asing juga pada tidur gogoleran di bangku-bangku panjang itu.
"Let's sleep. Good night, yang." said hubby yang udah ngantuk berat.
Sementara gue butuh waktu agak lama karena butuh sedikit penyesuaian. Plus rasa khawatir akan didatangi petugas bandara tengah malam nanti.
Dan bener aja, lagi pules-pulesnya tidur, tiba-tiba gue dibangunin suami. Ada beberapa orang petugas bandara (lebih tepatnya security di Changi) yang membangunkan kita dan minta untuk menunjukkan boarding pass. Dalam kondisi setengah sadar, instead of nunjukin boarding pass, gue malah nujukin tiket CGK - SIN. Security itu kemudian minta kita untuk nggak tidur disitu karena memang bukan tempat untuk tidur. Beramai-ramai dengan para turis yang lain, kita pun meninggalkan tempat yang sempat menjadi pelepas ngantuk walau beberapa jam aja.
Kita segera balik ke Terminal 2 dan mencari Prayer Room karena kebetulan belum Shalat Isya. Nggak susah sih nyari Musholla di Changi karena pengunjungnya banyak yang muslim. Bahkan mukena dan Quran pun ada disana.
Menjelang pagi, kita balik ke McD. Seriously sebenernya kita pengen nasi, titik. Gue dan suami sempet nyari Staff Caffe yang katanya menjual makanan dengan harga murah tapi tempatnya agak tersembunyi. Staff Caffe ini emang khusus untuk para pramugari atau pekerja Bandara. Sialnya, kita nggak nemu sama sekali, bahkan setelah cari pakai segala GPS. Sudahlah kita balik ke McD aja yang karuan halal dan harga udah jelas lah.
Setelah makan, kita keluar Bandara untuk check-in kembali. Terus sempet lah keliling-keliling Changi dulu via Skytrain atau travelator. Barulah sekitar jam 08.00 kita masuk boarding gate untuk naik pesawat menuju Phuket jam 09.00.
Nyempetin selfie dengan muka kucel belom mandi
PHUKET, THAILAND
Senin, 25 Januari 2016
Sekitar jam 09.30 am, sampailah kita di Phuket. Waktu Phuket sama dengan Jakarta, jadi mundur sejam dari Singapore.
As expected, Bandara Phuket jauh banget sama Changi. Bahkan masih lebih bagus beberapa Bandara di Indonesia (semisal Juanda, Bandara Sultan Hasanudin Makassar, Bandara Ngurah Rai, dsb). Tapi memang lagi proses renovasi sih.
Sampai Phuket kita kembali bingung, mau naik apa sampai hotel?
Taksi? So pasti si supir nembak harga yang nggak kira-kira.
Airport Bus? We've planned it before karena harganya paling murah cuma sekitar 140-160 THB. Tapiiii setelah ditunggu-tunggu para wisatawan termasuk kita, Sang Airport Bus tak kunjung menampakkan knalpotnya. Bahkan hampir sejam kita nunggu dengan panas-panasan. Yup, hawa pantai mulai kerasa.
Kita pun nyerah. Suami coba cari alternatif Airport Transfer lain, dan.. akhirnya ada mini bus/van dengan harga cuma 180 THB/orang sampai Patong. Fyuh.. Alhamdulillah.. kita nggak perlu terlantar lagi di Bandara. Beberapa turis yang tadinya mau naik Airport Bus pun ikut naik mini van itu.
Jalanan di Phuket nggak jauh beda lah sama di Indonesia. Suasananya cenderung gersang. Agak mirip Lombok sih. Setelah beberapa kilo berjalan, mini van pun berhenti di Travel Agency gitu. Sebelumya gue udah pernah baca tips dari yang pernah ke Phuket, kalo si mini van itu berhenti di travel Agency, kita nggak usah turun. Tapi gue telat ngasih tahu suami, dia udah turun duluan padahal penumpang lain nggak ada yang turun juga. Akhirnya mau nggak mau gue pun ikut suami dan dengerin sang travel agent nyerocos nggak berhenti-berhenti nawarin paket wisata di Phuket dengan bahasa Inggris yang agak aneh karena campur logat Thailand. Setelah dia selesai cerita panjang kali lebar kali tinggi, gue pun hanya menjawab,
"No, thanks. We already booked a hotel and would decide where to go later."
Si travel agent agak kecewa, mungkin pikirnya "Ih ini orang udah di nyerocosin capek-capek, ditolak gitu aja." But who cares? Gue segera meninggalkan Travel Agency itu dan bergegas menuju mini van karena orang-orang udah pada bosen nunggu kita.
Not until an hour later, we finally arrived at Sea Sun Sand Resort, Prabaramee Road, Patong. Penampakan depannya agak kurang meyakinkan, Is this really worth the price? (Berhubung udah kecapean dan nggak sempet jeprat jepret, jadi gambar diambil dari mbah gugel aja yaa...).
Credit to oyster.com
Ternyata itu cuma ruang resepsionis-nya aja sih. Konsepnya indoor tapi dengan banyak ventilasi (No AC). Kita sampai sana sekitar jam 13.00, langsung check in but the room was not ready yet. Karena perut udah nggak nyantai, kita putuskan untuk nitip tas di resepsionis dan bergegas menuju Convenience Store yang ada disekitaran Resort itu.
The resort was strategic, we easily found Seven Eleven nearby (cuma sekitar 100 meter dari resort). Gue bergegas menuju lemari pendingin dan mencari makanan instant disana. I chose frozen spicy beef fried rice dan hubby memilih frozen fried rice with fried fish. Price rate di Sevel Patong tergolong mencengangkan, dalam arti MURAH sodara-sodara! Sebelas duabelas lah sama harga di convenience store di Indo. Harga nasi goreng beku cuma sekitar THB 30 - 40 atau sekitar Rp 12 ribu - 16 ribu aja. Harga mineral water pun kalau di Rupiahin cuma sekitar Rp 2500,- (pardon, I really forget the exact price. Udah hampir 3 tahun bok!). Setelah dipanaskan di microwave yang ada di Sevel, kita bergegas menuju Patong Beach, which was very near, only about 50 meters!
The weather was clear, sunny, and yeah.. of course hot. I really really loved the beach.
Sebenernya pantai di Bali nggak kalah cantik dari Pantai Patong ini, cuma yang perlu diacungi jempol, the environment and situation near the beach was clean enough. Ya kalo sampah ranting kecil gitu aja sih sedikit-sedikit, tapi nggak ada yang namanya sampah makanan disekitaran pantai (yang mana sering kita jumpai di Indo kondisi pantai yang kurang bersih karena pengunjungnya banyak yang belum ngerti menjaga kebersihan, hiks..).
Patong beach from where we sat. Pardon my bad quality phone camera. Ranting kecil dan baju orang bule sampe ikut ke foto :))
Instead of strolling around karena cuaca panas ala pantai dan perut yang udah keroncongan, gue dan suami mencari tempat teduh dibawah pohon untuk makan nasi goreng yang tadi. I eagerly opened the seal and ready to eat. But... luckily I realized, tulisan yang tertera ditutup kemasannya adalah 'Pork Fried Rice'. Alamakjaaan.. why I was so clueless to notice it earlier? Saat perut udah keroncongan namun makanan yang ada didepan mata harus kembali gue masukan ke plastik pembungkus. Suami yang kasian melihat gue kelaperan pun akhirnya membagi dua makanannya, walaupun dia sendiri pastinya masih kelaparan, hahaha. Untuk menghibur kekecewaan karena nggak jadi makan, gue pun segera membuka Kit Kat Green Tea Ice Cream (yang sebelumnya belum pernah gw temui di Indo, tapi sekarang sih udah ada walau beda pabrikan) and ready to devour it!
Kit Kat Green Tea Ice Cream
Senin, 25 Januari 2016.
About 02.30 pm, we went back to the resort and the room was ready. The receptionist gave us the keyroom and told us that our room was at 3-5-2 floor. Berpandangan dengan suami, seolah muka kita menyiratkan pertanyaan yang sama, "Maksudnya gimana yaak?".
But thanks God, the bellboy knew our cluelessness dan segera mengantar kita menuju ruangan.
So the resort was really unique. Dari resepsionis kita naik lift menuju ke lantai 3. Kemudian kita jalan lumayan jauh melewati lorong-lorong hotel, lalu ngelewatin semacam jembatan yang terbuat dari kayu kokoh, kemudian dilanjut dengan lewat jalan rimbun yang tembus ke aula terbuka yang rimbun gitu. Ini masih diidalam resort sih. Lalu ada lift tembus pandang, kita diarahkan untuk masuk lift dan si bellboy menekan angka 5 (which meant at 5th floor). Setelah sampai di Lantai 5 (paling atas, yang gue kira udah langsung sampai kamar), ternyata tembusnya masih diruangan terbuka. Semacam rooftop yang ada kolam renang dan resto. Si bellboy mengarahkan kita kembali masuk ruangan indoor dan naik lift lagi (astagaa.. perjuangan belum berakhir). Di lift tertutup dia pun menekan angka "2" dan akhirnya tiba lah kita dikamar Nomor 213 (kalau nggak salah). Huff finally.. nggak kebayang besok-besok setelah explore Phuket, pegelnya kayak apa untuk sampai ke room doang.
Because we were terribly exhausted karena hampir nggak tidur nyaman semalaman, rencana explore pantai sore itu batal. We preferred to sleep till sunset came karena badan yang udah rontok semua.
Menjelang sunset, kita menuju Patong Beach and enjoyed the moment when the sun went down. Karena males balik ke resort untuk solat (you know lah letak kamar yang jauhnya masya Allah), kita coba cari masjid disekitaran pantai dan hotel. Alhamdulillah, Phuket ini pulau yang ramah untuk pengunjung muslim. Nggak jauh dari resort, ada masjid. Ya walaupun jauh banget dari suasana Magrib di Masjid Indo, tapi lumayan lah. Yang terpenting masjidnya layak buat sholat. Disana banyak anak-anak yang lagi bersiap ngaji. Rasanya bahagia banget bisa denger suara adzan di Negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim ini.
First sunset for us at Patong Beach
Selesai sholat, perut kembali keroncongan. Street food disepanjang jalan Prabaramee ini kelihatan menggiurkan banget. Ada sate cumi, sotong, beef, dan macem-macem. TAPIIII... tetep aja kita nggak bisa makan itu karena diantara sate seafood yang kelihatan so tasty itu, ada sate pork juga. Yasudahlah.. dengan menelan ludah kita batalkan niat kita untuk nyobain itu semua.
"Makan apa nih yang? Kayaknya nggak ada McD, KFC, ato sejenisnya ya... masa makan frozen food lagi."kata gue sambil celingak celinguk nyari bakul makanan.
"Cari kearah sana yuk." kata dia sambil nunjuk kearah timur hotel.
Kita yang bener-bener clueless sama sekali tentang Kota Patong ini, coba nyari any halal food dengan jalan kaki. Ada sih kendaraan (namanya Tuk Tuk, you can google it for the exact picture), tapi namanya juga kita budget traveler ya mending jalan kaki sih sekalian menikmati suasana malam di Phuket. Udaranya sih mirip lah sama Bali dengan hembusan angin dari Pantai patong yang superkenceng.
Setelah sekitar 1,5 km jalan, ketemulah kita sama semacam pujasera pinggir jalan gitu. Yang jualan pakai gerobak. Cuma satu yang kayaknya bisa kita datangin, penjual makanan serba seafood dengan spanduknya yang tertulis "HALAL". Kita pun masuk kedalamnya dan melihat penjualnya berkerudung. Alhamdulillah, said us.
Si penjual ngasih menu ke kita. Menunya bener-bener sekelas restoran seafood di Indonesia, padahal dia cuma jualan pakai gerobak. Ada nasi goreng nanas, tom yum, cumi & udang yang diolah macem-macem, ayam dan beef pun ada. Soal harga? Seriously nggak mahal! Jadi waktu itu gue pesen Tom Yum Seafood, salted egg squid, crispy prawn, plus nasi pastinya. Dan itu kalau dirupiahin nggak sampai 100ribu. Soal rasa? So damn DELICIOUS! Sekali lagi gue tekankan, ini JAJANAN KAKI LIMA tapi rasa BINTANG LIMA (macam slogan seafood resto disini ya? hehehe). Yang paling nggak bisa gue lupain adalah tom yum-nya. Enaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk banget. Sumpah!! Kuahnya bening, tapi rasanya... SANGAT SANGAT ENAK dibanding tom yum yang pernah gue makan di Indo (yaiyalah brooo.. tom yum itu asalnya emang dari Thailand, bukan Indonesia! :D)
Oh iya, ada hal lucu. Jadi pas mau bayar, kan gue sok-sok nanya pake English ya (secara gue nggak bisa bahasa Thailand gituu),
Gue: How much?
Ibu Penjual: Dua puluh enam bath.
Gue cuma bengong. Seolah ngerti, si ibu itu langsung nanya, "Dari Malaysia ya?"
"Oh bukan, dari Indonesia." kata gue sambil ngasih uang 30 bath.
Si ibu tersenyum sambil ngasih uang kembalian ke gue, "Terima kasih. Datang lagi ya."
Hahaha. Memang muka gue ini soooo Indonesia jadi sejauh apapun gue melangkah kayaknya tetep keliatan kalau gue orang Melayu.
Ini dia tempat makan kaki lima favorit kita selama di Phuket!
Puas dan kenyang karena sukses dapet makanan halal nan enak, kita pun balik ke hotel. Tapi sebelumnya kita mampir dulu ke semacam travel agency dulu (don't imagine itu suatu travel agency didalam gedung, ini cuma semacam pusat informasi turis gitu).
"Hi, miss, I'd like to ask about going to Phi Phi Island.." gue membuka pertanyaan (well, sepanjang di Phuket emang gue yang jadi semacam jubir gitu).
"Okay, let me explain... "
Kemudian mbak-mbak sekitar umur 40 tahun yang ternyata namanya Neena itu menjelaskan tentang tourism place and most interesting spot to visit di Phuket, termasuk Phi Phi Island dan James Bond Island, dengan Bahasa Inggris yang dicampur sama logat Thailand (but yeah, not really hard to understand though).
Setelah tawar menawar harga, kita pun sepakat untuk ikut tour ke Maya Bay dan Phi Phi Island dengan tarif 1200 bath/pax which was about 480ribu rupiah per orang. Mayan mahal sih kalo buat gue mah, but this rare chance may wouldn't come twice! Kapan lagi coba bisa mampir lagi ke Phuket!
Selasa, 26 Januari 2016
Hari kedua di Phuket or exactly at Patong Beach.
Masih di hotel yang sama.
Today we're going to Phi Phi Island and Maya Bay. Kita bakal dijemput didepan hotel sekitar jam 7 pagi, jadi kita sempetin sarapan dulu.
Seriously gue dan suami sangat hati-hati pilih menu breakfast, takut jackpot milih pork hahaha. Gue pun akhirnya cuma makan sereal cokelat macam Koko Krunch gitu plus fresh milk (yaelah, di Indo juga ada kali makanan gituan mah).
Sekitar jam setengah 7, si Neena (si pemilik travel agency depan hotel) telpon gue. Dia bilang mobilnya udah siap. So we hurriedly took our backpacks and rushed into the van.
Didalam van udah banyak orang ternyata, mungkin sekitar 5 pasang (termasuk kita). Kenapa gue bilang 5 pasang? Karena emang pasangan semua sih. 2 pasang orang bule, 2 pasang orang India, dan 1 pasang orang Indonesia (which was us hehehe).
Van yang kita naiki berjalan menuju dermaga. Disitu kita digiring untuk naik semacam kapal pesiar yang ternyata bernama St. Angel Cruise. Sebelum naik kita sempet dipengaruhin sih untuk beli ini itu di kios samping dermaga. Si guide bilang, "You will not find any mineral water there.. and blah blah blah.." macam kita bakal pergi ke pulau terpencil aja. But in the end, gue tergoda juga untuk beli casing hape waterproof yang harganya sekitar 250 bath (mahal kan!) walaupun belum tau sih bakal bener-bener dipake apa nggak.
So then we walked up to the cruise. Gue sih pilih didalam aja soalnya suka sea-sickness. Lagipula didalam kapal lebih enak, ber-AC dan ada wifi, hahaha (the real traveler must oppose this!). Tapi sesekali keluar juga sih sambil foto-foto di dek kapal dengan background para turis berbikini (Oh my dear hubby, tabahkan matamu ya sayang).
Untuk foto disini harus ngantri sih sama turis lain jadi ga bisa lama-lama hahaha
(PS: Sticker hijau di lengan gue itu semacam ID passenger yang naik cruise itu, jadi nggak boleh hilang)
Setelah kira-kira satu jam perjalanan, tibalah kita di spot yang namanya Maya Bay. Kapal berhenti dan ngasih kita kesempatan untuk berenang. Kita dipinjemin peralatan snorkeling dan juga pelampung bagi yang nggak bisa renang.
Suami semangat banget begitu liat laut luas, langsung refleks pengen nyebur. Sedangkan gue masih agak ragu. Selain karena nggak bisa berenang, gue ragu baju renang gue masih muat apa nggak.
Gue pergi ke toilet untuk ganti baju renang dan itu harus antri bok! Tiba giliran gue masuk, tapi.. damn! Smell bad! Gue dapet jackpot bok! Orang sebelum gue yang pakai toilet ini habis pup nggak disiram. Kan kampret.
Akhirnya gue beranjak ke toilet sebelahnya, sama aja, ada jackpot juga. Masih belom nyerah gue ke toilet ketiga, berharap toiletnya agak bersih. Ternyata sama aja! Oh Tuhan, sesusah itu kah nyiram pup sendiri? Kok jorok-jorok banget sih turisnya?
Toilet keempat atau toilet terakhir. Better lah gue nggak nemu jackpot walau baunya pesing parah. Tapi yaudahlah, gue paksain tahan napas sambil susah payah pakai baju renang yang ternyata kekecilan diatas kapal yang bergerak. Kebayang nggak sih tersiksanya? Pada akhirnya pun gue nyerah karena itu baju renang emang udah nggak muat celananya (secara itu dibeli pas mau honeymoon abis nikah, dan itu 9 kgs away! Oh shit, hahaha!).
Suami pun merengut karena gue nggak bisa nemenin dia snorkeling. Tapi apa boleh buat saudara-saudara? Soalnya gue nggak bawa baju ganti juga.
Hello hubby, which one of those people are you?
Sebenernya bisa aja kita ambil paket tour yang include ke James Bond Island, nanti naik kapal kecil lagi kesana. Tapi berhubung kita budget traveler, nggak usah dulu deh, karena nambahnya juga lumayan.
Sekitar jam makan siang, kapal pun merapat di dermaga. Tibalah kita di Phi Phi Island. Bea masuknya bayar sekitar 20 bath/orang. Nggak mahal sih, itu semacam untuk biaya retribusi kebersihan.
Tour guide lalu mengarahkan kita ke suatu outdoor resto (bukan resto mewah sih, malah gue bilang mirip kayak tempat hajatan). Makanan dihidangkan prasmanan, dengan menu yang macem-macem dan enak-enak (but still, we must be careful when choosing menu, walau katanya sih semuanya halal, no pork contained).
Lepas itu kita dikasih waktu sampai jam 2 siang untuk free time. Gue dan suami jalan-jalan dipesisir pantai, foto-foto narsis dikit. Just enjoy the moment pokonya!
Phi Phi Island agak mirip sama Gili Trawangan sih. Makanya terasa agak familiar pas kesini. But mayan worthed lah. (Sorry for bad camera quality, ini pakai kamera selfie-nya hubby yang saking cling-nya sampai pantainya nggak kelihatan bagus hahaha. Tapi aslinya bagus loh, serius, mirip Gili Trawangan).
Nggak kerasa udah jam setengah 2, which is kita cuma punya waktu setengah jam lagi sebelum balik ke kapal. Tapi kita belum sholat. Gue pun coba nanya orang sekitar kali aja ada yang tau musholla atau masjid dimana (walau beberapa informan yang kita tanya sering salah). Kita jalan lumayan jauh, setengah lari juga sih soalnya ngejar waktu juga. Kepikiran untuk di qodo aja, kita pun pasrah. Sampai akhirnya ada penjual kaki lima yang bisa jawab pertanyaan gue.
"Excuse me, mam, do you know where is mosque?"
"Oh, masjid?" dia pun menunjuk arah yang nggak jauh dari situ.
Kaget juga sih kenapa dia malah lebih ngerti kata 'Masjid' ketimbang 'Mosque'. Tapi yasudahlah prioritas kita saat itu cuma pengen ketemu musholla dan shalat.
Sampailah kita ketempat yang dimaksud. Bener sih musholla, tapi kosong. Ada kiblatnya walau nggak ada sajadahnya. Tampaknya kayak bangunan baru. Whatever itu, gue bergegas sholat and hurriedly back to ship. Bener aja, nggak sampai 15 menit diatas kapal, kapal pun berlayar kembali ke Pulau Phuket.
Menjelang magrib, sampailah kita di hotel. Dan seperti yang gue bilang sebelumnya, dalam kondisi lelah sangat, kita mesti jalan ke kamar yang Masya Allah jauhnya dari resepsionis. Rasanya pengen gelosoran aja dan ditarik pake tali karena udah nggak kuat jalan.
Malamnya kita cari dinner dan kembali ke warung seafood yang kemarin. Seriously kita penasaran sama menu-menu lainnya. Tapi menu utama yang wajib dipesen tetep tom yum seafood, hehe.
Sebelum balik ke hotel, kita kembali ke travel agency punya si Miss Neena itu untuk rental motor karena besoknya kita rencana exploring Phuket by motorcycle. Biaya sewa 300 bath/hari dan nggak bisa ditawar. It's okay, masih masuk budget kok.
Rabu, 27 Januari 2016
Hari ketiga di Phuket or exactly at Patong Beach.
Masih di hotel yang sama. Tapi siangnya bakal pindah hotel.
Kita siap bertualang!
Pertama ke Pantai Patong (lagi). Kemarin baru sempet liat sunset sih, belum sempet nyebur. Tapi kali ini mau nyicip air lautnya walau nggak berenang.
Selanjutnya kita ke Wat Chalong, semacam temple gitu (you can google it). Tapi sebelumnya kita melewati beberapa pantai, seperti Kata Beach, Karon Beach, dll.
Ini masih Patong Beach
Patong Beach
Patong Beach
Kata Beach (kalau nggak salah :p)
Kata Beach
Helm kayak gini masih laku loh disana :))
Dan Wat Chalong!
Anyways, semua tempat yang kita kunjungin di Phuket itu GRATIS. Termasuk parkir dan toilet. Kecuali makan dan minum ya. Yaiyalah... sapa juga yang mau ngasih :)) Kecuali Tour Phi Phi Island sih itu kudu bayar. Beda banget ya sama di Negara tercinta kita ini, mau pipis aja bayar. Parkir motor di ATM pinggir jalan, bayar. Masuk ke pantai pun bayar.
Tadinya sebelum balik arah menuju Patong kita mau ke Big Buddha. Tapi karena rasanya takut nggak kekejar, kita langsung cari masjid dan makan dulu sebelum ke Promthep Cape. Alhamdulillah ada masjid di pinggir jalan besar. Walau sepi, tapi kita sangat bersyukur masih ada masjid buat sholat. Didepan area masjid, kebetulan ada warung makan dan Alhamdulillah makanan halal (well, mostly penduduk Phuket ternyata pendatang dari Malaysia). Kita pesan nasi goreng seafood plus iced tea.
Yang unik, kalau pesen Iced Tea di Phuket itu, dijualinnya Thai Iced Tea. Kan gue mikirnya pastilah Es Teh Manis lah ya, but I got more :)). Perut kenyang, kita pun lanjut menuju Promthep Cape dengan masih mengandalkan papan petunjuk arah. Dan akhirnya sampailah kita dilokasi.
Some people said it was the best spot in Phuket to see sunset. Sayangnya kita sampai sana masih siang, tapi daripada gue balik lagi ke hotel terus ke Promthep Cape lagi pas sunset malah takut ga keburu.
Puas cekrak-cekrek dan menikmati indahnya laut dari Promthep Cape, kita bersiap pulang. Tapi sebelum itu karena ngeliat ada kios oleh-oleh di dekat area parkir, kita sempatkan dulu untuk mampir dan beli beberapa barang kecil macam gantungan kunci dan dompet. Harganya? Nggak terlalu mahal kok, masih wajar kalau menurut gue. Kalau harga sumpah lupa banget (secara udah hampir 3 taun yang lalu juga kesana kaan).
Selesai beli oleh-oleh kita kembali ke Patong untuk persiapan check-in di hotel lain tapi masih di Patong. Kenapa kita mesti pindah hotel? Pertimbangannya adalah harga, hahaha. Namanya juga backpacker-an, segala aspek mesti dipertimbangkan biar nggak overbudget. Jadi pas nyusun itinerary, kita pengen nginep dihotel ber-bath-up 2 (dua) malem dan semalem lagi cukup hotel bintang 3 without breakfast karena besok subuhnya kita bakal langsung cus juga kan ke bandara.
Sebelum check-in hotel, kita muter dulu disekitaran Patong untuk nyari Tour and Travel yang menyediakan akses ke Bandara. Kita bermaksud pakai minibus aja biar agak murah (seorang cuma sekitar 200 Bath. Setelah mayan bersusah payah nyari info (orang lokal masih banyak nggak begitu ngerti English jadi campur bahasa isyarat, kecuali orang-orang Tour and Travel yang emang sering ngadepin orang asing), akhirnya kita nyerah. Sekalinya ada angkutan dengan minibus, jam-nya nggak cocok. Mereka takut kita telat karena kan harus lewat imigrasi dulu, kecuali kalau kita mau penerbangan lokal ke Bangkok, baru mereka berani. Kita pun kembali ke si Neena, pemilik Tourist Information disebelah Hotel Sea Sun Sand. Setelah tawar-menawar, harga 800 Bath untuk angkutan ke bandara pun disepakati. Ini pakai mobil pribadi sih, semacam taksi online gitu lah. Coba aja dulu udah booming Grab ya di Thailand, pasti kita nggak perlu rempong.
Urusan mobil ke bandara done, kali ini tinggal check-in hotel dan selanjutnya nyari oleh-oleh lagi buat keluarga. Yang kita beli di Promthep Cape buat orang kantor aja sih.
Setelah urusan hotel selesai, kita kembali ke Patong Beach lagi, menikmati malam terakhir di Pulau Phuket ini. But I didn't really like beach at night. It was kinda scary instead, hahaha. Habis itu kita makan di warung seafood favorit kami dengan menu utama masih Tom Yum dengan beberapa menu lainnya. Kapan lagi kan nemu masakan seafood enak dan murah beginiii. Even resto di Indonesia masih kalah sama Tom Yum disini.
Makan beres, kita lanjut cari oleh-oleh dengan menyusur Patong. Harga oleh-oleh dipatong ternyata lebih murah ketimbang di Promthep Cape. T-shirt dewasa rata-rata seharga Rp 100 - 120 ribu/pcs. Tapi kalau mau nyari lagi ada yang jual murah, cuma sekitar Rp 50 ribu aja. Kita beli oleh-oleh nggak banyak, seperlunya aja karena kita emang nggak pakai bagasi. Maksimal berat Bagasi Kabin cuma 7 kg/pax. Jadi ada beberapa perlengkapan mandi yang kita tinggal karena mayan bikin berat dan takut kena charge di airport, hahaha (ngirit bin pelit banget ya saudara-saudara :)).
Karena hari yang semakin malam, kita tutup hari itu dengan istirahat di Blue Ocean Hotel. Tapi nggak bisa langsung tidur juga karena harus packing dulu karena besok paginya langsung berangkat ke Airport.
Kamis, 28 Januari 2016
Hari keempat di Phuket or exactly at Patong Beach.
Blue Ocean Hotel, Patong
Sekitar jam 05.30, kita udah bersiap ke airport, tapi sebelumnya kita ngembaliin motor dulu di si Neena untuk nebus paspor. Sekitar jam 06.00, dengan diantar Mazda 3, kita menuju Phuket International Airport.
Masih Hari yang Sama, Kamis, 28 Januari 2016
PHUKET INTERNATIONAL AIRPORT TERMINAL 2
THAILAND
Sekitar 1,5 jam kemudian, kita sampai di Airport Phuket, Sebenernya lumayan jauh sih dari Patong ke Airport, tapi karena jalanan kosong dan driver yang super ngebut tapi handal, we arrived in no time.
Oiya tips buat traveler yang suka mules pagi-pagi, mending usahain pup di Airport Phuket karena masih mirip toilet di Indonesia (pakai shower). Karena kalau udah di Changi, mau nggak mau harus pakai tissue basah, hahaha. Kecuali kalau emang udah biasa sih nggak masalah. Tapi gue pribadi masih agak jijik kalau tanpa air.
Sewaktu pemeriksaan oleh Security, kita agak ketar-ketir. Lebih 7 kg nggak ya bawaan kita dan ada yang bakal ketahan nggak ya di Bea Cukai? Alhamdulillahnya maskapai yang kita naikin nggak se-ribet maskapai sebelah (Jet Star), yang barang bawaannya sampai dibongkarin, hahaha. Kita pun lolos pemeriksaan dan tinggal tunggu di boarding gate.
And.. yeah. Our plane was about to take off. It's time to say,
"Bye Phuket.. thanks for amazing holiday I will never forget."
CHANGI INTERNATIONAL AIRPORT
TERMINAL 2
SINGAPORE
Welcome back again, Singapore!
Berhubung udah kali kedua ke Changi, jadi kita udah lumayan hafal lay out sana. Begitu masuk ke Arrival Gate, kita segera nyari counter Singapore City Tour karena dengan waktu transit yang masih 5 jam lagi sampai ke pesawat selanjutnya menuju Jakarta, kita pun pede mau ikut tour itu. Lumayan sih, gratis! Hahaha.
Tapi sayang seribu sayang. Si pihak penyelenggara nggak mau ambil resiko karena waktu transit kita mepet. Mereka membolehkan penumpang ikut kalau waktu transit minimal 5,5 jam.
"Kurang sikit lagi, setengah jam." kata si penyelenggara dengan Bahasa Melayu yang ramah. Mereka juga kasihan sih sama kita, tapi ya gimana lagi.
"Terus kita ngapain, yang?" kata suami.
"Kita coba MRT/LRT yuk!" ujar gue. Pokoknya gue nggak mau waktu 5 jam ini cuma buat nunggu dan keliaran di Changi.
"Ayok!" suami pun nggak kalah excited.
Kita segera menuju ke ujung Terminal 2 untuk menuju Stasiun MRT subway. Oiya sebelum itu, karena males bawa barang-barang banyak, kita titip di loker yang ada deket Arrival Gate. Tarif sewa waktu itu untuk 2 backpack kalau nggak salah SGD 7/hari. Bawaan udah enteng dan kita bergegas eksplor pakai MRT/LRT.
Tiket MRT/LRT bisa dibeli lewat vending machine. Karena keterbatasan waktu, kita cuma beli tiket Changi - Raffless Place PP, itu sekitar SGD 5/orang. Mayan mahal kan ketimbang KRL di Jakarta yang sampai Bekasi aja cuman Rp 4 ribuan.
MRT di Singapore jadi salah satu transportasi favorit warganya. Bisa dilihat jalan-jalan disana super lenggang dan mobil pribadi yang lalu lalang juga nggak banyak. Karena harga mobil disana konon katanya bisa hampir 6x lipat dari harga mobil di Indonesia dengan merk yang sama. Makanya mereka lebih pilih pakai Transportasi Massal. Coba bayangin, sekelas Honda Mobilio aja yang di Indonesia ada yang dibawah Rp 200 juta, disana bisa Rp 1 Milyar! Tapi bagusnya kebijakan itu jadi bikin Singapura bebas macet. Andai Indonesia bisa nerapin itu ya one day, gue juga nggak akan punya mobil pribadi sih hahaha. Tapi kalau transportasi massal dibenerin, siapa yang nggak mau naik?
Basically MRT dengan KRL mirip lah interiornya, cuma bangkunya mirip busway. Otomatis lebih banyak yang berdiri ketimbang duduk. Tapi pas gue disana, nggak ada yang berani duduk di kursi prioritas sih (warnanya dibedain). Tapi entah sih ya masih ada para pelanggar yang nggak tau diri atau nggak. Kita aja PP dari Changi - Raffles Place nggak pernah dapet tempat duduk, hahaha. But it's okay.
Setelah 2x transit, sampai juga di Raffless Place. Cekrak-cekrek sebentar disekitaran Raffless Place yang sangat amat mirip sama di Jakarta, kita balik lagi ke Changi naik MRT karena takut ketinggalan pesawat karena waktu yang tinggal kira-kira 2,5 jam-an lagi. Untungnya MRT Changi sangat ontime dan tanpa gangguan, jadi kita bisa sampai Changi in-time.
Sampai Changi, kita buru-buru ke Arrival Gate untuk ambil tas yang dititip ke tempat penitipan barang dan buru-buru ke Departure Gate karena waktu hampir mepet. Tapi sebelum nyari boarding gate, kita mampir convenience store dulu untuk nyari air mineral karena haus pake banget. Berhubung air mineral merk lokal lagi kosong stocknya (AQUA), belilah kita merk asing entah gue lupa. Yang jelas itu air mineral termahal yang pernah gue minum, sebotol 600 ml harganya sekitar SGD 3,5! Hahaha ngeselin yak. Udah gitu kita nggak boleh bawa air minum kan pas masuk boarding gate, jadi aja buru-buru ngabisin tanpa sisa saking mahalnya.
Begitu sampai boarding gate, ternyata pesawat delay sejam. Ini kampret moment. Coba aja tau mau delay, kan kita bisa ikut Singapore City Tour. Akhirnya kita cuman nunggu geje di boarding gate (untung boarding gate-nya Changi bagus yaaa, jadi mayan nyaman lah).
Sekitar jam 18.30 waktu Singapore (atau sama kayak WITA), pesawat pun lepas landas dan membawa kita kembali ke Jakarta atau tepatnya ke Dunia Nyata.
BERAPA SIH TOTAL BUDGET UNTUK LIBURAN KE PHUKET?
Karena kita backpacker-an dan pilihnya pesawat LCC (tanpa bagasi pulak), jadi nggak terlalu banyak (ini buat 2 orang loh yaa...):
a) Tiket PP Tiger Air CGK - HKT (Rp 3,1 juta)
b) Hotel Sea Sun Sand Patong 2 malam (Rp 2,1 juta)
c) Hotel Blue Ocean Patong 1 malam (Rp 650ribu)
d) Tour ke Phi Phi Island (Rp 960ribu)
e) Naik Shuttle Car dari Airport ke Patong (Rp 144ribu)
f) Naik taksi dari Patong ke Airport (Rp 320ribu)
g) Sewa sepeda motor 1 hari (Rp 120ribu)
Total biaya umum sekitar Rp 7,3 juta per 2 orang!
Kalo untuk printilan biaya lainnya kayak makan, oleh-oleh, naik MRT, bensin, gue lupa. Secara udah hampir 3 tahun.Yang jelas, ke Phuket itu bener-bener budget traveling which is kita bisa menghemat biaya seirit-iritnya tapi tetep bisa seneng-seneng dan makan enak.
Gimana kalau pakai tour and travel?
Kalau yang biasa pakai Tour and Travel mah nggak masalah. Malah semua tempat bisa terjamah.
Gue dan suami, jujur, nggak suka pake jasa Tour and Travel. Kita seolah-olah diatur-atur dan nggak bisa flexible, that's why we chose to be backpackers! Ya lebih repot sih daripada Tour and Travel karena kita harus bikin itinerary sendiri, but that's the art of traveling, right?
So far, segitulah perjalanan 4D3N kita ke Phuket, Thailand (yang hampir 3 tahun lalu). Kenapa lama amat maak nge-postingnya? Maapkeun, kesibukan dikantor dan kesibukan ngurus anak yang bener-bener nggak sempet apdet-apdet. Ini aja sebenernya psotingan ini udah mulai diketik dari awal 2017 dan baru sempet difinishing sekarang (Desember 2018) hahaha.
Uhuyy,, aseekk,, yg trip jepang blom di post ya
ReplyDelete